Market hunian ekspatriat di Jakarta kini mulai mengalami pemulihan sepanjang semester I tahun 2016. Permintaan tersebut berasal banyak dari klien-klien korporasi yang menandatangani perpanjangan kontrak selama satu tahun penuh. Mayoritas perusahaan tersebut kini hanya mengambil kontrak maksimal selama setahun dan beberapa juga hanya mau menyewa selama dua tahun. Para pemilik lahan kini berada di posisi untuk dapat mengambil perpanjangan masa sewa hingga setahun ke depan karena sedikitnya permintaan rumah bagi para pekerja asing.
Padahal, pada beberapa kasus, para ekspatriat atau penyewa korporasi memiliki kemungkinan untuk dapat pindah dari satu rumah ke lokasi lain. Lokasi lain tersebut tentunya adalah yang menawarkan sewa lebih murah atau sama, namun dengan fasilitas lebih. Seperti sewa rumah lain atau sewa apartemen.
Karena masalah keamanan, perusahaan multinasional kebanyakan lebih memilih untuk menempatkan pekerja ekspatriatnya di rumah sewa dibandingkan dengan rumah milik sendiri.
Beberapa proyek penyewaan rumah seperti Atmaya Residence, Astoria Residence, atau Executive Paradise kini terus melanjutkan tren positifnya dalam menarik banyak penyewa. Astoria Residence yang terletak di kawasan Cilandak merupakan kompleks perumahan mewah dengan lima kamar tidur di masing-masing unit dan kolam renang serta ruang tamu mewah yang luas. Sementara Executive Paradise yang berada dekat dengan Astoria Paradise dikembangkan di atas lahan seluas 20 hektar.
Namun, geliat rumah sewa untuk ekspatriat ternyata tidak dibarengi Dean pemulihan yang terjadi dengan jumlah pekerja asing di Indonesia. Dari data yang dimiliki oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, jumlah ekspatriat dengan izin kerja di Indonesia periode Januari-Februari 2016 hingga kini masih lebih rendah sebanyak 41 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015 lalu. Jumlah tahun 2015 lalu, pekerja asing mencapai angka 8.980 orang sementara tahun 2016 sebanyak 5.339 orang.
Di masa pasar yang tengah melemah dan ditambah dengan berkurangnya permintaan, kini para pemilik lahan bersikap akomodatif terhadap keluhan yang diberikan oleh klien dan penyewa. Apalagi, kini pasokan rumah untuk ekspatriat sedang melonjak tinggi.
Situasi tersebut membuat para pemilik lahan lebih fleksibel dalam menetapkan tarif sewa. Hal ini dilakukan agar menjaga rumah yang ada tetap dihuni oleh para ekspatriat dan tidak kehilangan penyewa.
Pada semester I 2016, terlihat adanya diskon sebesar 50 hingga 1.000 dolar AS, atau mulai dari Rp 655.000 sampai dengan Rp 13,1 juta per unit per bulan untuk beberapa rumah standar bagi para ekspatriat dibandingkan dengan periode semester sebelumnya.
Diskon besar diberikan kepada rumah yang luasnya berada di kisaran 400 hingga 500 meter persegi yang ditawarkan seharga 5.000 dolar AS atau lebih dari Rp 65 juta per bulan. Hal ini dikarenakan rumah dengan luas tersebut lebih banyak memiliki unit yang kosong daripada rumah dengan tipe lebih kecil.